Cari Blog Ini

Kamis, 20 Oktober 2011

PELAJARAN DARI MENIMBANG GULA

Pernahkah anda menimbang gula ???
atau melihat orang menimbang gula ???
Setelah saya menggeluti dunia timbang-menimbang ini ternyata banyak sekali pelajaran yang bisa saya dapat.....
Ternyata menimbang gula gak semudah yang saya bayangkan, harus benar2 sabar dan pas takarannya...mengapa demikian ??? begini ceritanya.....:)
Dalam satu sak karung akan tertulis berat 50kg, jadi harusnya memang akan ada 50 plastik gula 1 kg-an. Namun pada kenyataannya tidak pernah akan tercipta 50 bungkus plastik (saya juga gak tau knapa??apa mungkin tercecer di lantai saat proses pembungkusan atau masih menempel pada kantong pembungkusnya). Biasanya saya hanya akan mendapat antara 48 atau 49 kg lebih. Nah...bila pada akhirnya saya mendapat gula lbh dari 50 kg (biasanya ini patokan apakah timbangan saya benar) dan pernah kejadian dapat 52kg, maka sudah pasti ada keslahan dalam penimbangan yg saya lakukan. Dan saya harus cek n ricek lagi aliasa mengulang kembali menimbang satu persatu. Dan benarlah bahwa banyak dari timbangan saya yg kurang setengah, seperempat atau seperdelapan ons....dan capeklah saya harus membuka kembali ikatan, menambahkan gula, menimbang lagi dan mengikat lagi (melelahkan mengulang kembali proses yang sudah selesai).
Semua proses itu harus saya lakukan dengan hati-hati, nah disinilah KESABARAN menjadi senjata yang ampuh...sedikit saja saya menyepelekan kesabaran dan tergesa-gesa dalam menimbang maka.....timbangan yang diharapkan tidak bisa tercapai....Mungkin bisa saja saya cuek, yang penting pelanggan tidak tahu, toh hanya seperempat atau seperdelapan ons saja...namun...saya lebih takut dengan timbangan di akhirat kelak
Salah satu yang sangat diwanti-wanti dalam ajaran Islam bagi para pedagang adalah penggunaan timbangan dan takaran, karena dapat merugikan kepada konsumen. Islam meletakkan penekanan penting dari faedah yang memberikan timbangan dan takaran yang benar seribu empat ratus tahun yang lalu. Terdapat perintah tegas baik dalam Ai-Qur’an maupun Hadits mengenai timbangan dan takaran yang sepenuhnya. Demikianlah dalam A1-Qur’an dinyatakan (QS Al-Muthaffifin. (83): 2-7) “Kecelakaan besarlah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka meminta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk arang lain, mereka mengurangi…"
Memang mengurangi setengah ons saja sudah bisa menciptakan keuntungan yang lebih (biasanya lbh dari satu kilo) katakanlah kita bisa mendapat kelebihan 2kg, sehingga kalau harga gula per kilo nya 9500 maka kita sdh mendapat 19.000 diluar keuntungan yang 50kg...sekaligus kita sdh memasukkan harta haram ke dalam tubuh kita dan keluarga kita senilai 19.000 rupiah...
Daripada berurusan dengan pengadilan Allah kelak lebih baik saya berusaha untuk menyempurnakan timbangan walaupun waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama, apalah arti keuntungan dari satu atau dua kilogram gula bila harus menanggung siksa di akhirat kelak...Namun bila saya sudah berusaha, ternyata masih teteap melenceng juga, semoga Allah mengampuni dosa saya

Kamis, 13 Oktober 2011

---RESIGN---

Saya lulusan dari sebuah universitas negeri dan bergelar SST. Tidak pernah terbersit dalam fikiran saya bahwa saya akan menjalani kehidupan sbg seorang ibu rumah tangga murni, profesi yang kata orang tidak bergengsi dan dianggap remeh..tapi sesungguhnya sangat luar biasa....
Saya mulai bekerja ketika hamil 8 bulan anak pertama saya, baru sebentar saja saya bekerja saya harus mengambil cuti melahirkan...hanya 1,5 bulan saja...saya tidak sempat menikmati menjadi ibu rumah tangga karena dgn segera harus meninggalkan buah hati saya...berat terasa,tapi entah setan apa yg membuatku tega meninggalkannya..meninggalkan dia yg masih kecil yang harusnya masih aku belai sayang dan menyusui kapanpun dia mau....
Subhanallah...tampaknya Allah masih sangat mencintai saya, hingga dengan keras dia menampar saya yg telah menyia-nyiakan amanat yang satu ini. Kembali saya hamil anak kedua ketika putri saya masih berusia 3 bulan....akhirnya saya semakin tidak punya banyak waktu dengan putri kecil saya, krn lelah bekerja dalam keadaan hamil membuat saya tidak bisa lagi berlama-lama dengan bidadari ku. Hasilnya anak saya lebih dekat dengan yang mengasuhnya yaitu neneknya dan nenek buliknya...sakit hati rasanya kalau ingat, tiap diantar pulang ke rumah selalu menangis, saya ajak tidak mau.....
Akhirnya dengan tekad yang bulat setelah meminta izin suami sayapun memutuskan untuk RESIGN setelah melahirkan anak kedua saya....saya tidak mau anak kedua saya bersikap seperti anak pertama saya dahulu, saya tidak mau gagal memberi ASI eksklusif, saya tidak mau kembali merepotkan orang lain dengan menitipkan anak saya (sekarang sich masih dikit...hihihi)...dan saya mau membangun kembali hubungan dengan anak pertama saya, saya mau memanfaatkan waktu ini untuk melihatnya tumbuh...
Awal2 memang berat terasa....bagaimana tidak, kalau dulu biasa terima gaji bulanan sekarang harus belajar merasa cukup dari pemberian suami, kalau dulu biasa beli ini itu pakai uang sendiri sekarang harus pintar2 mengelola keuangan agar tidak besar pasak daripada tiang, jenuh bosan karena biasa bertemu dengan orang banyak, biasa keluar juga saya alami. dan yang paling parah adalah pandangan orang yang merasa kasihan dengan saya "capek2 sekolah tinggi kuq di rumah juga", "dah dapet pekerjaan enak kuq gak disyukuri" dan berbagai tanggapan orang tentang profesi baru saya......Namun ketika saya bisa melihat setiap senyum anak saya, setiap perkembangannya, hilang semua kegalauan saya....Saya merasa menjadi ibu paling beruntung di dunia....
Saya sangat menikmati panggilan anak saya yang pertama tiap melihat saya (dulu cuek abis....), ingin ikut bila aku pergi, selalu ingin pulang ke rumah bersamaku tanpa perlu menangis lagi....aku bahagia....
Terima kasih ya Allah...Alhamdulilllah Kau karuniakan kesempatan yang sangat luar biasa ini yang tidak setiap wanita bisa menikmatinya, terima kasih suamiku kau izinkan aku belajar menjadi ibu tanpa malu memiliki istri yang tidak memiliki profesi kantoran, terima kasih nak sudah mengajarkan ummi banyak hal....
Saya masih harus banyak belajar tentang kebaikan2-kebaikan yang telah Allah ciptakan agar kebaikan itu bisa tercermin dalam tingkah laku saya, agar kebaikan itu bisa dinikmati oleh orang lain juga.....Bismillah